25 juni 2013 02:59
Masa transisi dari anak anak menjadi besar
bukan lah sebuah pilihan tapi harus dihadapi seiring perkembangan waktu dan
keadaan serta situasi namun bersikap dewasa adalah sebuah takdir yang diberikan
oleh tuhan agar kita mengerti jalan hidup yang kita pilih.
Terkadang sifat kekanakan muncul disaat
kita sudah menjadi besar dengan berbagai perubahan bentuk tubuh yang kita
alami..rasa kekanakan muncul karena kita pernah menjadi kecil sebelumnya dan
mengalami apa itu masa anak anak dengan berbagai tingkah polos perilaku yang
kita miliki dan kita tunjukan.
Bentuk keputusan atau penilaian seseorang
disaat kita menjadi besar sangat beragam dan bervariatif…terkadang membangun
terkadang mencaci dan terkadang menghina dan gak jarang banyak dari mereka
memaki karena kita menjadi besar dengan segala ideologi pemikiran yang kita
dapat di masa transisi menjadi dewasa.
Entah sudah berapa banyak cacian hinaan
makian yang kita dapat saat menjelma menjadi sesosok manusia dewasa dihadapan masyarakat
keluarga dan teman. Menjadi dewasa adalah sebuah takdir anugerah tuhan yang mau
gk mau harus dihadapi dan dijalani. Masa anak anak hanya sementara saat banyak
yang bilang “ heyy kamu lucu sekali dengan kuncir rambut pink itu” atau “ya
ampun abang lucu sekali pake baju superman nya”.
Menjadi kecil dan hidup didunia yang belum
tersentuh oleh keberagaman persepsi dunia luar menjadikan kita pribadi yang
disenangi dan dirindukan oleh keluarga, namun saat perubahan itu terjadi apa
yang kita dapat bukan rasa yang “dirindukan” namun masa yang ditunggu, apakah
kita bisa melewati itu dengan berubah menjadi sosok yang memang diimpikan
dikeluarga dengan berbagai harapan dan
tujuan yang orang tua kita inginkan atau berubah menjadi sosok menyebalkan
didalam keluarga yang mungkin istiilah kasarnya menjadi “benalu hidup”.
Hidup ddidalam masa transisi terkadang
menjemukkan dan menyebalkan . .entah berapa banyak bantuan yang kita perlukan
dalam menunjang masa transisi tersebut. Sebagai contoh kita punya banyak teman
dan saudara tapi berapa banyak yang bisa mengerti akan dhidup kita ? bisa
dihitung dengan jari tangan yang hanya Cuma sepuluh.
Dunia setiap orang berbeda beda dan masing
masing punya kehidupan nya sendiri. Dunia dan kehidupan bagi gw pribadi adalah
dua point penting dalam pentransisian kehidupan yang dijalani. Kenapa gw bisa
ngomong dunia dan kehidupan adalah 2 point penting yang gw garis bawahi. 2
point itu layaknya 2 mata pisau bahkan seperti mata uang yang mempunyai dua
sisi yang saling kita tatap dan rasakan.
Pernahkan kalian merasakan dan berpikir
bahwa kehidupan kalian sudah diatur dan ada yang mengaturnya? Mungkin kita akan
bisa menebak bahwa yang mengatur adalah yang menciptakan alam semesta beserta
isinya bukan? Bagaimana jika kehidupan yang kita punya diatur oleh pemikiran
kita sendiri sebagai sosok yang mengalami perubahan namun kita tidak ingin
berada di “dunia” yang sudah mengubah kita seperti ini.
Ada sebuah gambaran
sederhana dari apa yang gw tulis mengenai kehidupan yang diatur oleh pemikiran
kita sendiri.
Ada seorang anak yang lahir dari keluarga
biasa dan dididik dengan penuh kasih sayang dan mendapat perhatian sepenuh hati
dari kedua orang tua nya semasa dia kecil..namun perjalanan waktu membuat si
anak menjadi besar dan mengerti apa itu baik dan buruk..suatu hari si anak
menemukan bahwa kasih sayang yang diberikan oleh orang tua nya berkurang
mengingat orang tua nya mempunyai sebuah permasalahan yang pada saat si anak
kecil belum bisa diceritakan dan menganggap si anak kecil ini belum mengeerti
apa yang orang tua nya rasakan. Apa yang si anak rasakan suatu hari akan
menjadi sebuah boomerang yang akan menyerang balik pemikiran dia akan sebuah
keutuhan keluarga yang sudah sejak lama dirasakan. Apa ini keluarga yang
melahirkan gw ? kenapa sekarang berubah ? kenapa dengan mereka ? kenapa jadi
begini sebelumnya kan enggk ?
>>> pertanyaan tersebut akan muncul seiring perkembangan sifat
emosional dan pemikiran yang kita punya…nah hal ini memicu si anak menjadi
tidak pedulian terhadap keluarga dan seakan punya kehidupan yang hilang dari
keluarga dan membuat si anak merasakan dunia diluar dari keluarganya sendiri ,
dalam hal ini teman2 yang si anak punya adalah kehidupan terluar dari apa yang
sudah dia rasakan. Kehidupan si anak akan sedikit mengalami guncangan psikis
jika bicara dunia psikologi dan akan mengalami perubahan sifat emosional
mengingat kurang perhatian yang didapat jika bicara mengenai keutuhan keluarga.
Si anak mempunyai kehidupan yang orang tua tidak tahu dan sebaliknya orang tua nya
juga mempunyai kehidupan yang si anak tidak tahu. Disini “dunia” yang tadi
diatas gw sebut menjadi point selanjutnya … apakah kehidupan yang dirasakan
adalah dunia nya mereka yang terbentuk oleh situasi atau sudah ada yang
mengatur ? setiap orang berhak untuk berbicara , mengatur , diatur, patuh dan
mematuhi apa yang sudah terjadi namun dunia yang tercipta seakan tidak bisa
memutar balik apa yang sudah terjadi dan membuat sebuah persepsi “dunia” bagi
mereka yang mempunya kehidupan yang sudah dijalani.
Dunia gw adalah dunia yang penuh dengan
teori aplikasi implisit akan apa itu sebuah perjalanan hidup yang sampe
sekarang masih gw cari dan gw pelajari secara perlahan, namun kehidupan gw
adalah seorang anak yang disekolahkan oleh orang tua gw sampe ke tingkat
sarjana dan sesuai dengan harapan orang tua gw untuk menjadi seorang sarjana
dengan kerja keras meraka.
Tapi kehidupan gw setelah menjadi sarjana
apa ? pernahkah kalian berpikir sama seperti yg gw pikiran ? jika sudah
mencapai apa yang orang tua mau dengan dunia nya mereka yang menjadikan anaknya
persis seperti apa yang mereka mau lalu akan menjadi apa sianak ? apakah orang
tua pada saat sudah membuat sianak menjadi apa yang mereka mau tidak memikirkan
hal selanjutnya apa yang sianak suka ? dunia gw berkembang seiring banyak
ketemu berbagai macam orang dengan latar belakang yang berberda namun kehidupan
gw monoton dengan berbagai pengaturan yang gw dapat. Jika gw salah bergerak
ataupun berargumen dengan pemikiran yang radikal bahkan terlampau bebas apakah
gw menyakiti perasaan orang2 dibelakang gw yang mempunya dunia nya sendiri
dalam mengatur kehidupan gw ?
Bagaimana dengan anak yang mengalami
“broken home” istilah bagi keluarga yang mengharuskan keadaan dengan kasih
sayang yang terbagi menjadi dua sisi..sisi seorang ibu dan sisi seorang ayah.
Mau menjadi apa si anak tentu tidak bisa ditentukan oleh dunia orang tua nya
bukan? Karena dunia orang tua terbagi dan tidak mungkin si anak mengikuti lagi
kedua orangtuanya, harus memilih dan menentukan akan tinggal bersama siapa. Hal
ini membuat dunia si anak menjadi sedikit mengalami perubahan emosional batin
serta pemikiran akan keutuhan keluarga yang mungkin akan sangat bisa dirasakan
dan diceritakan dengan lancar jika si anak membicarakan tentang keluarga nya.
Keadaan yang memaksa si anak mempunyai kehidupan yang tergolong keras dan susah
dalam menjalani hari hari tanpa kasih sayang yang setengahnya entah berada
dimana. Setelah sianak mampu berpikir akan kehidupan yang dia punya baru dunia
nya akan tecipta dengan sendirinya. Mau jadi apa setelah Cuma dapat kasih
sayang yang tidak utuh meskipun konteks status masih punya orang tua yang
dibanggakan dihati kecilnya.
Jadi dunia dan kehidupan seperti apa ?
dunia yang kita miliki merupakan area territorial yang tidak bisa setiap orang
tau dan mengerti bagaimana kita namun kehidupan yang kita punya adalah area
bebas yang bisa orang lain lihat dan seakan merasakan apa yang kita rasakan.
Sehingga menciptakan ideology bahwa “dunia
gw adalah mutlak punya gw” tapi tidak dengan kehidupan yang bisa dilihat orang
lain “hidup hidup gw cukup diliat jangan dicampuri” . . sifat kekanakan bisa
muncul setiap saat karna gambaran dunia kita yang sebelumnya adalah sianak
kecil yang selalu dirindukan oleh keluarga namun sifat dewasa muncul saat
kehidupan kita terbentuk dan menjadi sosok yang bisa dilihat dan dibanggakan.
Be good and be wise. Tetap dengan dunia mu
dan perbaiki kehidupan mu . sosok DIA akan selalu memantau dan mengabulkan
permintaan kita pada saat kita membutuhkan DIA.