Sabtu, 13 Juli 2013

Mature or childish ?



25 juni 2013 02:59

Masa transisi dari anak anak menjadi besar bukan lah sebuah pilihan tapi harus dihadapi seiring perkembangan waktu dan keadaan serta situasi namun bersikap dewasa adalah sebuah takdir yang diberikan oleh tuhan agar kita mengerti jalan hidup yang kita pilih.
Terkadang sifat kekanakan muncul disaat kita sudah menjadi besar dengan berbagai perubahan bentuk tubuh yang kita alami..rasa kekanakan muncul karena kita pernah menjadi kecil sebelumnya dan mengalami apa itu masa anak anak dengan berbagai tingkah polos perilaku yang kita miliki dan kita tunjukan.

Bentuk keputusan atau penilaian seseorang disaat kita menjadi besar sangat beragam dan bervariatif…terkadang membangun terkadang mencaci dan terkadang menghina dan gak jarang banyak dari mereka memaki karena kita menjadi besar dengan segala ideologi pemikiran yang kita dapat di masa transisi menjadi dewasa.

Entah sudah berapa banyak cacian hinaan makian yang kita dapat saat menjelma menjadi sesosok manusia dewasa dihadapan masyarakat keluarga dan teman. Menjadi dewasa adalah sebuah takdir anugerah tuhan yang mau gk mau harus dihadapi dan dijalani. Masa anak anak hanya sementara saat banyak yang bilang “ heyy kamu lucu sekali dengan kuncir rambut pink itu” atau “ya ampun abang lucu sekali pake baju superman nya”.

Menjadi kecil dan hidup didunia yang belum tersentuh oleh keberagaman persepsi dunia luar menjadikan kita pribadi yang disenangi dan dirindukan oleh keluarga, namun saat perubahan itu terjadi apa yang kita dapat bukan rasa yang “dirindukan” namun masa yang ditunggu, apakah kita bisa melewati itu dengan berubah menjadi sosok yang memang diimpikan dikeluarga dengan  berbagai harapan dan tujuan yang orang tua kita inginkan atau berubah menjadi sosok menyebalkan didalam keluarga yang mungkin istiilah kasarnya menjadi “benalu hidup”.

Hidup ddidalam masa transisi terkadang menjemukkan dan menyebalkan . .entah berapa banyak bantuan yang kita perlukan dalam menunjang masa transisi tersebut. Sebagai contoh kita punya banyak teman dan saudara tapi berapa banyak yang bisa mengerti akan dhidup kita ? bisa dihitung dengan jari tangan yang hanya Cuma sepuluh.

Dunia setiap orang berbeda beda dan masing masing punya kehidupan nya sendiri. Dunia dan kehidupan bagi gw pribadi adalah dua point penting dalam pentransisian kehidupan yang dijalani. Kenapa gw bisa ngomong dunia dan kehidupan adalah 2 point penting yang gw garis bawahi. 2 point itu layaknya 2 mata pisau bahkan seperti mata uang yang mempunyai dua sisi yang saling kita tatap dan rasakan.


Pernahkan kalian merasakan dan berpikir bahwa kehidupan kalian sudah diatur dan ada yang mengaturnya? Mungkin kita akan bisa menebak bahwa yang mengatur adalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya bukan? Bagaimana jika kehidupan yang kita punya diatur oleh pemikiran kita sendiri sebagai sosok yang mengalami perubahan namun kita tidak ingin berada di “dunia” yang sudah mengubah kita seperti ini. 

Ada sebuah gambaran sederhana dari apa yang gw tulis mengenai kehidupan yang diatur oleh pemikiran kita sendiri.
Ada seorang anak yang lahir dari keluarga biasa dan dididik dengan penuh kasih sayang dan mendapat perhatian sepenuh hati dari kedua orang tua nya semasa dia kecil..namun perjalanan waktu membuat si anak menjadi besar dan mengerti apa itu baik dan buruk..suatu hari si anak menemukan bahwa kasih sayang yang diberikan oleh orang tua nya berkurang mengingat orang tua nya mempunyai sebuah permasalahan yang pada saat si anak kecil belum bisa diceritakan dan menganggap si anak kecil ini belum mengeerti apa yang orang tua nya rasakan. Apa yang si anak rasakan suatu hari akan menjadi sebuah boomerang yang akan menyerang balik pemikiran dia akan sebuah keutuhan keluarga yang sudah sejak lama dirasakan. Apa ini keluarga yang melahirkan gw ? kenapa sekarang berubah ? kenapa dengan mereka ? kenapa jadi begini sebelumnya kan enggk ?  >>> pertanyaan tersebut akan muncul seiring perkembangan sifat emosional dan pemikiran yang kita punya…nah hal ini memicu si anak menjadi tidak pedulian terhadap keluarga dan seakan punya kehidupan yang hilang dari keluarga dan membuat si anak merasakan dunia diluar dari keluarganya sendiri , dalam hal ini teman2 yang si anak punya adalah kehidupan terluar dari apa yang sudah dia rasakan. Kehidupan si anak akan sedikit mengalami guncangan psikis jika bicara dunia psikologi dan akan mengalami perubahan sifat emosional mengingat kurang perhatian yang didapat jika bicara mengenai keutuhan keluarga. Si anak mempunyai kehidupan yang orang tua tidak tahu dan sebaliknya orang tua nya juga mempunyai kehidupan yang si anak tidak tahu. Disini “dunia” yang tadi diatas gw sebut menjadi point selanjutnya … apakah kehidupan yang dirasakan adalah dunia nya mereka yang terbentuk oleh situasi atau sudah ada yang mengatur ? setiap orang berhak untuk berbicara , mengatur , diatur, patuh dan mematuhi apa yang sudah terjadi namun dunia yang tercipta seakan tidak bisa memutar balik apa yang sudah terjadi dan membuat sebuah persepsi “dunia” bagi mereka yang mempunya kehidupan yang sudah dijalani.

Dunia gw adalah dunia yang penuh dengan teori aplikasi implisit akan apa itu sebuah perjalanan hidup yang sampe sekarang masih gw cari dan gw pelajari secara perlahan, namun kehidupan gw adalah seorang anak yang disekolahkan oleh orang tua gw sampe ke tingkat sarjana dan sesuai dengan harapan orang tua gw untuk menjadi seorang sarjana dengan kerja keras meraka.

Tapi kehidupan gw setelah menjadi sarjana apa ? pernahkah kalian berpikir sama seperti yg gw pikiran ? jika sudah mencapai apa yang orang tua mau dengan dunia nya mereka yang menjadikan anaknya persis seperti apa yang mereka mau lalu akan menjadi apa sianak ? apakah orang tua pada saat sudah membuat sianak menjadi apa yang mereka mau tidak memikirkan hal selanjutnya apa yang sianak suka ? dunia gw berkembang seiring banyak ketemu berbagai macam orang dengan latar belakang yang berberda namun kehidupan gw monoton dengan berbagai pengaturan yang gw dapat. Jika gw salah bergerak ataupun berargumen dengan pemikiran yang radikal bahkan terlampau bebas apakah gw menyakiti perasaan orang2 dibelakang gw yang mempunya dunia nya sendiri dalam mengatur kehidupan gw ?

Bagaimana dengan anak yang mengalami “broken home” istilah bagi keluarga yang mengharuskan keadaan dengan kasih sayang yang terbagi menjadi dua sisi..sisi seorang ibu dan sisi seorang ayah. Mau menjadi apa si anak tentu tidak bisa ditentukan oleh dunia orang tua nya bukan? Karena dunia orang tua terbagi dan tidak mungkin si anak mengikuti lagi kedua orangtuanya, harus memilih dan menentukan akan tinggal bersama siapa. Hal ini membuat dunia si anak menjadi sedikit mengalami perubahan emosional batin serta pemikiran akan keutuhan keluarga yang mungkin akan sangat bisa dirasakan dan diceritakan dengan lancar jika si anak membicarakan tentang keluarga nya. Keadaan yang memaksa si anak mempunyai kehidupan yang tergolong keras dan susah dalam menjalani hari hari tanpa kasih sayang yang setengahnya entah berada dimana. Setelah sianak mampu berpikir akan kehidupan yang dia punya baru dunia nya akan tecipta dengan sendirinya. Mau jadi apa setelah Cuma dapat kasih sayang yang tidak utuh meskipun konteks status masih punya orang tua yang dibanggakan dihati kecilnya.

Jadi dunia dan kehidupan seperti apa ? dunia yang kita miliki merupakan area territorial yang tidak bisa setiap orang tau dan mengerti bagaimana kita namun kehidupan yang kita punya adalah area bebas yang bisa orang lain lihat dan seakan merasakan apa yang kita rasakan.
Sehingga menciptakan ideology bahwa “dunia gw adalah mutlak punya gw” tapi tidak dengan kehidupan yang bisa dilihat orang lain “hidup hidup gw cukup diliat jangan dicampuri” . . sifat kekanakan bisa muncul setiap saat karna gambaran dunia kita yang sebelumnya adalah sianak kecil yang selalu dirindukan oleh keluarga namun sifat dewasa muncul saat kehidupan kita terbentuk dan menjadi sosok yang bisa dilihat dan dibanggakan.

Be good and be wise. Tetap dengan dunia mu dan perbaiki kehidupan mu . sosok DIA akan selalu memantau dan mengabulkan permintaan kita pada saat kita membutuhkan DIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar